Rabu, 03 September 2008

Saya dan KSI

ini foto di Kudus, Isuur, Agus Kaltim, Roni Kotabaru

Ini mungkin sebuah kebetulan, ketika beberapa kawan mendapat undangan untuk menghadiri konggres Komunitas Sastra Indonesia I di Kudus, saya juga berkesempatan hadir bersama kawan saya Hudan Nur. Kami berangkat setelah mendapatkan undangan yang sangat terlambat menurut kami. Namun tekad untuk bertemum kawan-kawan sastrawan yang di daerah lain sangat kuat. Aku bersama Hudan berangkat atas nama lembaga yang menaungi kami, waTas media. Sebuah buletin sastra yang ada di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Akhirnya kainginan untuk bertemu kawan-kawan yang berada di daerah lain terpenuhi. Dari Maman S Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, Habiburrahman El-Shirazy, Sutardji Colzoum Bachri, KH. Mustofa Bisri, Saut situmorang, Raudal Tanjung Banua, Halima HD hingga Sujiwo Tejo juga kawan yang lain. Perasan yang teramat senang, bisa meluapkan kerinduan dengan mereka. Karena tak banyak kesempatan untuk saling bertemu, hanya lewar sms dan Handphone saja kami bisa saling memberi kabar.

Sepulangnya dari Kudus, tiba-tiba kawan yang lebih dulu sampai di Banjarbaru mengundang kami yang baru saja turun daru pesawat. Undangan itu intinya mengajak berkumpul untuk segera membentuk kepengurusan KSI cabang Banjarbaru. Saya juga tidak pernah tau, apa alasan yang mendasari dirinya, ketika kawan saya itu memutuskan untuk segera membentuk KSI. Padahal kami baru saja tiba di Banjarbaru, istirahatpun belum. Dengan lelah datang juga aku ke tempat pertemuan, di daerah Ratu Elok. Banyak hal yang dibicarakan, tapi aku hanya sebagai pendengar saja, rasa kantuk dan lelah lebih kuat bersemayam di tubuhku. Aku kurang begitu tertarik dengan pembicaraan yang arahnya hanya untuk mendukung si pengundang supaya dipilih menjadi ketua KSI. Akhirnya karena waktu sudah terlampau larut, kami semua pulang, tidak ada keputusan apa-apa(menurut saya, karena saya lebih banyak tidur). Selang beberapa hari ternyata kawanku itu masih juga mengundangi, dari sekian yang diundang hanya beberapa orang yang datang (saya tidak datang waktu itu). Itupun orang-orang yang dekat atau memihak dirinya. Sampai pada akhirnya seorang kawan yang punya sekretariat yang mengudang kami, dengan kedok yang berbeda( undangan lewat sms itu bunyinya membicarakan temu sastrawan di Jambi). Tapi apa ynag terjadi, ketika saya sampai di sana dengan membawa serta bapak Hamami Adaby, seorang sastrawan senior, ternyata apa yang dibicarakan bertolak belakang dengan yang tertera dalam undangan. Sungguh saya dan pak Hamami juga kawan-kawan yang lain merasa dibohongi. Kekecewana yang kesekian kalinya terjadi lagi dengan orang itu juga.

Akhirnya dengan rasa kecewa dan terpaksa saya ikut menyaksikan pembentukan KSI yang akhirnya bubar juga, karena dianggap ilegal (karena tanpa surat mandat).

Setelah beberapa bulan, KSI menemui babak baru. Arsyad Indradi mendapatkan surat mandat untuk membentuk kepengurusan di dua tempat, kota Banjarbaru dan kabupaten Banjar (yang sampai sekarang belum terbentuk). Pak Arsyad Indradi selaku penerima mandat, akhirnya mengundangi semua sastrawan yang ada di Banjarbaru, termasuk yang jadi ketua KSI ilegal tersebut. Namun sampai pada rapat dimulai beberapa kawan yang pro dengannya tidak ada yang hadir. Karena menurut pak Arsyad para undangan yang datang telah memenui quorum, akhirnya pemilihan pengurus KSI cabang Banjarbaru dilaksanakan. Sebagai kandidat ketua saat itu adalah Sandy Firli dan saya sendiri (Isuur Loeweng S). Dan melalui fotting, akhirnya Sandy terpilih sebagai ketua KSI, sedangkan saya menjabat wakil ketuanya.

Sekitar 4 bulan yang lalu pemilihan pengurus itu berlangsung, dan kami memang belum ada pelantikan pengurus KSI sampai sekarang, namun kami tidak mau diam saja. Karena mandat yang diberikan sangatlah besar.

Berbagai kegiatan telah kami laksanakan, tentunya dengan bekerjasama dengan pihak lain, bebeerapa kegiatan yang telah kami laksanakan adalah :

1. Lomba meresensi Buku, kerjasama dengan Komunitas ruMahcerita dan Book Cafe.

2. Mengadakan workshop penulisan kreatif (cerita pendek), kerjasama dengan Yayasan Raya Kultura Bogor, PT.ROHTO, Radar Banjarmasin, ruMahcerita.

Selanjutnya, masih banyak hal yang harus kami lakukan untuk perkembangan sastra di Bnajarbaru khususnya dan umumnya di Kalimantan Selatan juga Indonesia tercinta. Tentunya lewat KSI ini. Sekarang saya punya tanggung jawab besar untuk itu, tentunya juga bersama kawan-kawan pengurus yang lain. Karena tanpa mereka semua itu tidak akan terwujud keinginan kita.

Salam sastra dan budaya kepada yang merasa memilikinya.***

Tidak ada komentar: